Dalam dialog karya Schopenhauer ini, salah satu dari dua tokoh di dalamnya lebih mengedepankan pandangan konservatif dan populer tentang mengapa imanitupenting, memuliakan, dandibutuhkandalammasyarakat. Satu tokoh lainnya, yang tampaknya adalah diri Schopenhauer sendiri, menghabiskan waktunya untuk meragukan itu semua. Dalam salah satu argumennya dia berkata, “… pendidikan ada di tangan para pendeta, yang berkepentingan untuk menanamkan semua rukun iman di masa muda yang paling awal, sehingga menghasilkan semacam kelumpuhan pada sebagian otak, yang kemudian menimbulkan fanatisme dungu seumur hidup.” Seperti yang banyak terjadi kepada para pemikirlogislain, Schopenhauer tidaklahkebal terhadap pesona iman. Dia sangat tertarik pada pemikiran Buddhis secara khusus, dan lebih umum lagi dia menerima bahwa kekuatan besar agama bersifat alegoris dan emosional. Namun, tentu saja, komitmennya terhadapkebenarandalamversinyatetaptidaktergoyahkan. Karenanya, ia amat menyayangkan mereka yang mencoba membela doktrin agama dengan dasar-dasar intelektual. Dalambukuini, iaberkata:“Iman dan pengetahuan tidak cocok berada di kepala yang sama: mereka seperti serigala dan domba di kandang yang sama – danpengetahuanadalahserigalanya.”
Penulis | : | Arthur Schopenhauer |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 122 |
Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Rp 70.000 25%
Rp 52.500