Hasta tidak ingin menelikungkan diri dan daya kreatifnya dalam berolah cerpen pada hal-hal yang “teoretis”. Bagi Hasta, menulis cerpen ya menulis cerpen: dengan seluruh kebebasan yang dimilikinya. (Suminto A. Sayuti)
***
Malamnya, Bu Guru Cantik cukup bingung mengurai masalah yang menimpa Drupadi. Dia heran, mengapa bisa sepasang murid SMP pacaran sampai terjadi peristiwa yang mengarah pada hubungan kelamin, bahkan tidak hanya sekali saja.
[Bu Guru Cantik]
Suatu ketika di sekolah tak ada jam mengajar, aku membuka-buka koran. Di satu halaman, mataku tertuju pada satu judul tulisan: “Catatan Harian Nyonya Evi”. Menggelitik, karena Evi adalah namaku. Aku pun membacanya. Sebuah cerita pendek di rubrik budaya, yang ternyata penulisnya Sueb, laki-laki penyair itu. Apakah cerpen itu untukku?
[Catatan Harian Nyonya Evi]
Sebenarnya, Wisanggeni merasa kurang enak untuk menanyakannya. Jika dipikir, tidak etis ngomong soal honor penulisan. Di kalangan teman-teman sesama penulis di Jogja, ngomong tentang honor tulisan tabu untuk dibicarakan. Apalagi sampai menyebut jumlah honor yang diterima. Misalnya, koran A honornya lebih sedikit dibanding koran B, koran C sangat kecil honornya, dan seterusnya.
[Honor Cerita Pendek]
Penulis | : | Hasta Indriyana |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2017 |
ISBN | : | 978-602-391-409-8 |
Halaman | : | 200 |