Perang yang ditulis Julius Caesar bukanlah kisah penaklukan dan taktik semata, melainkan naskah tentang bagaimana kekuasaan bekerja melalui bahasa. Caesar menulis dengan ketenangan seorang juru tulis yang tahu: setiap kalimat bisa menaklukkan lebih jauh daripada pasukan. Dalam buku ini, peperangan menjadi narasi tentang penataan dunia—suatu keyakinan bahwa keteraturan lahir dari logika, disiplin, dan kalkulasi. Di tangan Caesar, kemenangan terlihat seperti kejelasan; dan kejelasan, seperti kebenaran. Namun di balik kalimat yang tenang, gema besi tetap terdengar. Para suku yang disebutnya “berani” dan “biadab” tak pernah benar-benar berbicara—mereka hanya menjadi pantulan bagi kelahiran rasionalitas Bangsa Romawi. Dengan demikian, inilah catatan tentang bagaimana sejarah menulis dirinya sendiri sambil menghapus yang lain. Caesar menunjukkan bahwa menulis bisa menjadi bentuk kekuasaan paling halus: dari laporan militer yang ringkas lahirlah mitos politik tentang kepemimpinan, kendali, dan keunggulan peradaban. Buku ini berdiri di persimpangan antara sejarah, propaganda, dan filsafat tindakan: catatan tentang bagaimana bahasa mampu menaklukkan dunia lebih dulu sebelum legiun tiba di medan perang. Dalam gema abad digital kini, ketika narasi dan citra menggantikan senjata, pelajaran Caesar terasa kian dekat: siapa yang menguasai cerita, menguasai dunia.
| Penulis | : | Julius Caesar |
|---|---|---|
| Penerbit | : | IRCiSoD |
| Tahun terbit | : | 2025 |
| ISBN | : | - |
| Halaman | : | 306 |