Cerita-cerita perjalanan naik bis dan angkutan umum lainnya di dalam buku ini beraneka ragam. Semua latarnya adalah pulau Jawa dan Madura, berbeda dengan karya M. Faizi sebelumnya (Melihat Indonesia dari Angkutan Umum) yang menggambarkan rute-rute jalur darat di Indonesia. Catatannya terbagi judul per judul secara mandiri. Jadi, tidak masalah membaca buku ini dari bagian mana pun, baik dimulai dari tengah atau bahkan dari bagian paling belakang. Ada banyak peristiwa remeh-temeh di jalanan yang jika dilihat dari sudut pandang tertentu akan tampak gagahnya, bahkan kemuliaannya. Hal-hal semacam itu tidak akan pernah terungkap jika tidak dicermati dan dicatat dengan rapi dan jeli. Sisi liputan bagian inilah yang disasar oleh penulis melalui sudut pandangnya sebagai penumpang angkutan umum yang bebas, tidak terbebani oleh proyek apa pun sehingga gambarannya dapat ditulis dengan lebih adil, nyata, dan apa adanya. Bagi Anda yang sejauh ini bepergian hanya selalu dengan mobil pribadi, atau naik angkutan umum namun selalu tertidur, atau melakukan touring namun tidak pernah mengamati situasi perjalanannya, buku ini akan membantu Anda menjelaskannya. Bukan tentang keindahan jalannya, bukan semata-mata tentang kecepatan armadanya, bukan juga soal jauh-dekat jaraknya, melainkan sisi kemanusiaan yang seringkali luput dari pengamatan orang pada umumnya. Manusia mungkin hanya hidup 50-70 tahun, boleh jadi berubah watak seiring zamannya, namun nilai kemanusiaan dapat diteladankan hingga berabad-abad lamanya, melampaui ruang dan waktu, menjadi denyut nadi utama yang menunjukkan bahwa kemanusiaan dapat membuat manusia tetap hidup meskipun jasadnya sudah tiada. Buku ini turut menggambarkan itu semua.
Penulis | : | M. Faizi |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 198 |