Di tangan rezim otoriter—entah itu Nazi, Fasis, Komunis, atau bahkan dalam sistem liberal yang hegemonik—sastra dijadikan alat untuk menanamkan ideologi, menyebar ketundukan, membungkam nurani, dan memaksa agar “rekayasa kebenaran” diterima oleh masyarakat luas. Sastra tidak lagi menjadi “bayi suci” yang membawa napas-napas segar imajinasi dan daya kreatif, melainkan hanya mewujud sampah literasi untuk membunuh akar-akar kemanusiaan. George Orwell mendedahkan secara lugas dan terang benderang bagaimana karya sastra yang tampaknya indah justru menyembunyikan represi. Penulis dan sastrawan bukan lagi pembawa lentera, melainkan menjadi tentara-tentara rezim untuk memberangus kelompok-kelompok yang dibenci. Dalam dunia seperti itu, kebebasan hanya menjadi utopia. Bahkan, hati nurani pun sudah terpenjara lewat moral-moral palsu. Buku ini bukan hanya berisi ulasan mengenai sastra, lebih dari itu, ia mempreteli bagaimana helai-helai lembut dari kabut propaganda ideologi benar-benar merasuk ke titik terdalam sastra. Dan, Orwell begitu lugas menyuguhkan poin-poin penting agar kita menjadi pembaca dan penikmat sastra yang kritis dan tidak mudah terhegemoni.
Penulis | : | George Orwell |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 164 |