Dalam kumpulan cerpen Dongeng Pendek tentang Kota-Kota dalam Kepala, dalam geografi Imajinatif yang diciptakannya, Mashdar menciptakan suaka bag¡ peristiwa dan persoalan real-faktual (baik sosiologis maupun psikologis) yang sudah disapu oleh zaman pasca-kebenaran, yang tentu saja sudah disaring dan disuling secara literer-estetis. —Djoko Saryono
Penduduk kota ¡tu selalu merasa lapar. Setiap hari mereka memakan apa saja. Mulai dar¡ tumbuh-tumbuhan, binatang, bes¡, tanah, dan bahkan bangkai. Di kota itu, rasa lapar terus melata dan mendatangi siapa saja…. —Dongeng Pendek tentang Kota-Kota dalam Kepala
Sulaman itu begitu rapi dan bersih. Tak ada darah mengalir ataupun luka berarti. Ia menjahitnya begitu saja. Seperti menjahit sebuah kain yang terbelah. Seperti menjahit sebuah luka yang menganga. —Perempuan yang Menjahit Blbirnya Sendiri.
Suatu petang, Budhe pernah mendapati Maryam menangis sesenggukan di bawah pohon angsana di depan rumahnya. Ketika ditanya, Maryam bilang, bahwa ia tak berani pulang, karena pecel dan opak singkong yang dibawanya masih utuh.—Di Antara Dua Pohon Angsana
Penulis | : | Mashdar Zainal |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2017 |
ISBN | : | 978-602-391-401-2 |
Halaman | : | 216 |