“Aku ingin mengalami kegagalan. Tidak apa-apa kalau aku merasa kehilangan. Biarkan saja segala kegelisahan, cemas, dan rasa bosan. Aku tak akan melawan kemalasan. Yang kuperlukan hanya duduk sejenak, tidak berpikir, mengabaikan semua suara batin dan berdiam dalam keheningan momen saat ini, untuk menyadari betapa menyenangkan keadaan tersebut, dan berkata pada diriku sendiri, ini sudah cukup baik.” *** Belum pernah rasanya, kita mengalami zaman yang membuat kita sesibuk sekarang ini. Kita hidup dalam ruang-ruang paralel, ceruk-ceruk kecil simulasi, yang tak lagi jelas apakah itu nyata atau maya, dan tak bisa dibedakan lagi mana yang palsu mana yang sejati. Kita bergerak dalam kecepatan yang tidak wajar dalam upaya mengimbangi pencapaian orang lain agar tetap relevan, dan tidak tertinggal di belakang. Kita tergelincir dari jalur alamiah kita sendiri. Kita terintegrasi dalam dunia berteknologi tinggi, dan “keponthal-ponthal” mengikuti lajunya yang deras seperti terpaan badai. Dengan bahasa yang ringan dan berangkat dari kisah-kisah keseharian, buku ini secara reflektif menghadirkan kembali keajaiban-keajaiban di sekitar kita yang telah lama kita lupakan—secercah sinar matahari yang menerobos pepohonan, sekuntum bunga yang jatuh di permukaan kolam renang, kucing di pinggir jalan, secangkir teh hangat, obrolan dengan para sahabat, gelak tawa, desir angin, dan tetes hujan....
Penulis | : | Mumu Aloha |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2022 |
ISBN | : | 978-623-293-764-2 |
Halaman | : | 266 |