Engko Pasek Tamblingan, jani jan pejah engko, mai engko nunas Wisnu engko (Kalian Pasek Tamblingan, jika kalian mati/sakit, kemarilah untuk memohon air kehidupan). (Babad Kandan Sanghyang Merta Jati lembar ke-83a) Muman mingil kai bekhel smetwat Yus yata timtom fofuso Nu manggi uwel nekwaukhu Semfat yemse takhul yen Nasa aya khwas [Jalan ke tanah leluhurku tidak dirawat, Sudah ditumbuhi oleh semak belukar, Ibarat anak yatim piatu yang tidak punya mama bapa] Mu Man Minggil (Jalan ke Tanah Leluhur) Ciptaan: Willem Giryar Membaca karya-karya Kaka Ngurah selalu memberi saya perasaan yang bercampur-aduk. Ada marah, sedih, kaget, kecewa dan banyak lagi. Sebagai perempuan Papua, ketika membaca buku tentang Papua, selalu ada rasa penasaran pada diri saya mengenai apakah para penulis juga menulis tentang pandangan perempuan Papua atau membagikan cerita perjuangan perempuan Papua. Kaka Ngurah tidak mengecewakan. Beliau selalu berusaha untuk menulis cerita perempuan Papua; menghadirkan pandangan feminis ke dalam permasalahan bersifat maskulin di Tanah Papua. Jalan ke Tanah Leluhur berarti kembali ke “Mama”. Gispa Ferdinanda Warijo Departemen Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada Sa Perempuan Papua
Penulis | : | I Ngurah Suryawan |
---|---|---|
Penerbit | : | basabasi |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | 978-623-305-477-5 |
Halaman | : | 344 |