Di tahun ketiganya, Akademi Sastra Banggai kembali merangkul penulis-penulis di kawasan Banggai, Sulawesi Tengah. Para penulis ini mengikuti pelatihan secara virtual selama tiga bulan, dengan berbagai tema dan genre, dari Alfin Rizal, Safar Nurhan, AS Rosyid, Ayesha Sophie, Jemmy Piran, Ade Ubaidil, Toni Lesmana, Maya Lestari GF, dan Intan Andaru. Selain dari para narasumber undangan, mereka juga mendapat kelas mentoring rutin dari Ama Gaspar, Neni Muhidin, dan Reza Nufa. Buku Mata Air Mata adalah langkah sederhana dari proses belajar itu--yang tentunya masih akan panjang. Di tahun ketiga ini, terlihat bahwa para peserta sudah lebih mengenali ide-ide yang mengusiknya dan mampu mencari bentuk yang tepat untuk ide-ide itu, terutama bagi para peserta yang sebelumnya sudah menjadi alumni ASB angkatan pertama atau kedua. Tanpa sangsi, buku ini adalah satu titian berarti dari tumbuh kembangnya literasi di Banggai. Sebuah cerpen karya Nasrullah Nawawi terpilih menjadi judul buku ini. Cerpen ini berkisah tentang Paisu Tomundo, sebuah desa dengan mata air yang kemudian menjadi tujuan pariwisata. Penduduk setempat tersingkir dari mata air itu dan dipaksa untuk melihat tanah airnya disesaki oleh para pelancong dari jauh.
| Penulis | : | Nasrullah Nawawi, Keisya Pakudek, Madina Arsan, Ikerniaty Sandili, Doni Podeng, Ale, Hajar Tatu Arsa |
|---|---|---|
| Penerbit | : | DIVA Press |
| Tahun terbit | : | |
| ISBN | : | - |
| Halaman | : | 151 |
