Bagaimana sebuah klaim bisa langsung kita anggap benar atau salah? Benarkah itu lahir dari pengetahuan yang kokoh, atau justru sekadar warisan dogmatisme yang diturunkan dari leluhur dan diperkuat kebiasaan pengalaman? Kira-kira, David Hume hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar semacam itu. Bagi Hume, seluruh isi pikiran manusia bersumber dari impresi—kesan kuat dari pengalaman indrawi—yang kemudian disalin menjadi ide-ide. Dari mekanisme sederhana inilah terbentuk sesuatu yang kita sebut pengetahuan. Namun, menurut Hume, pengetahuan bukanlah kepastian mutlak, sehingga ia menggugat keyakinan paling fundamental: sebab-akibat. Keyakinan bahwa api membakar atau mendung membawa hujan, kata Hume, hanyalah hasil kebiasaan pikiran, bukan hukum logis yang niscaya. Atas dasar ini, ia mengembangkan bentuk skeptisisme empiris yang khas—bukan untuk menjerumuskan kita dalam kebingungan, melainkan untuk membongkar ilusi kepastian spekulatif. Dengan narasi yang runtut dan mengalir, buku ini mengajak kita menelusuri jejak pikiran seorang filsuf yang berani menyingkap batas akal manusia. Dengan membaca buku ini, kita seakan-akan dipaksa untuk mempertanyakan ulang mengenai pengetahuan yang selama ini kita yakini, sehingga bisa menyingkirkan dogmatisme, dan membimbing akal budi kita untuk bekerja sebagaimana mestinya: jujur, rendah hati, rasional, dan berpijak pada pengalaman nyata.
Penulis | : | David Hume |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 266 |
Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Rp 70.000 25%
Rp 52.500