Umberto Eco mendekati semiotika bukan sebagai semesta yang tersusun dari tanda-tanda, melainkan sebagai satu-kesatuan utuh yang tersusun dari fungsi-fungsi semiotik (sign-functions). Berbeda dengan tritunggal Peirce, ia telah mengembangkan teori semiotik yang non-referensial: Ekspresi dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal atau keadaan dunia, tetapi mereka berasal dari isi atau konten yang ditetapkan oleh budaya. Sebuah tanda (atau fungsi-tanda) tak lagi dipahami sebagai hal-ihwal yang bersangkut-paut dengan referensi tertentu yang beku (yang dulunya merupakan perkara tanda linguistik); yang demikian, biasanya, mengambil beberapa makna, atau merujuk pelbagai realitas dalam konteks sosial budaya. Misalnya, oktagon merah tak memiliki arti yang sama di Afrika seperti di Amerika, di mana, lantaran konvensi yang beroleh penggunaan budaya, lantas kita mengasosiasikannya dengan tanda “Stop”. Namun, bahkan dalam budaya Amerika, makna oktagon merah kadangkala bisa berubah, misalnya, umpama ditemukan dalam buku teks tentang geometri.
Penulis | : | Umberto Eco |
---|---|---|
Penerbit | : | Ircisod |
Tahun terbit | : | 2021 |
ISBN | : | 978-623-6166-80-2 |
Halaman | : | 120 |