Pram bukanlah penyair salon yang menulis tentang anggur dan bidadari-bidadari surga untuk hiburan semata hingga lupa kalau di sampingnya terjadi banyak ketidakadilan dan kebobrokan sosial. Sebaliknya, Pram adalah penulis dan sastrawan yang menghamburkan dirinya ke dalam kancah pergulatan sosial yang konkret. Pram berjuang lewat tulisan-tulisannya untuk Bumi, tidak untuk Surga! Namun, di balik pemikirannya yang rasional-humanis, terdapat dimensi spiritual-mistik yang sering luput dibaca. Bahkan, ayahnya sendiri mengakui bahwa Pram memiliki keyakinan batin dan spiritual yang sangat kuat. Pram memang tidak religius secara formal. Ia menyebut dirinya sebagai “Muslim Statistik” alias “Muslim Abangan”. Tetapi, justru karena posisinya sebagai Muslim Abangan, Pram memiliki sensitivitas spiritual terhadap penderitaan, keberadaan, dan misteri hidup. Ia sering memaknai penderitaan sebagai jalan pembentukan batin, semacam laku eksistensial yang menyerupai asketisme. Ia menjadikan kesunyian sebagai ruang meditasi untuk memahami diri dan kemanusiaan konkret dalam sejarah. Dengan gaya tulis yang mengalir, sarat data, serta analisis mendalam dari lintas perspektif, buku ini menelaah sisi-sisi lain Pram yang jarang dikaji.
| Penulis | : | Muhammad Muhibbuddin |
|---|---|---|
| Penerbit | : | IRCiSoD |
| Tahun terbit | : | 2025 |
| ISBN | : | - |
| Halaman | : | 258 |