Terinspirasi dari kisah-kisah Timur, dalam karya Anthony de Mello, Maulana Rumi, Ajah Bram, bahkan Disatannos dan pengalaman pribadi yang cukup mewarnai lembar demi lembar yang tak begitu tebal ini, buku ini pun seakan mendapat rahim subur untuk kelahirannya dalam bentuk yang sederhana: cerita! Kenapa harus cerita? Sebab “manusia”, seperti ungkap seorang guru, “adalah makhluk pencerita”. Tak kala seseorang mendengar kalimat “pada suatu hari...” ia bisa menikmati suatu nilai dan ajaran tertentu, tanpa harus merasa dihakimi. Sebab, sekalipun kerinduan purba manusia adalah pada Kebenaran Hakiki, ia tak benar-benar mau ketika dianggap keliru. Ketika mendapati sebuah cerita tentang kelaliman seorang raja, hati manusia akan menjerit dan mengutuk kelaliman tersebut, sekalipun dalam kesehariannya boleh jadi “raja lalim” itu adalah “si pembaca cerita” itu sendiri. Nilai-nilai tersembunyi seperti itulah yang mungkin dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang sama sekali baru, berubah menjadi baik, secara perlahan dan bertahap. Sebab itu, Vyasa, pengarang Mahabharata pernah bernasehat: “Saat Anda mendengar sebuah cerita dengan saksama, Anda tak pernah lagi sama.”
Penulis | : | Ach Khoiron Nafis |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | 978 |
Halaman | : | 140 |