Dia mengeluhkan bahwa hubungan antara murid dan guru tidak lagi seperti yang terjadi di masa lalu; para murid tidak lagi memuja gurunya layaknya seorang dewa. Lalu ia akan mempertontonkan kekuasaannya atas kami, bagaikan seorang dewa sombong, meraung gemuruh; namun raungannya yang bercampur dengan begitu banyak kutukan membuat seorang pun tak menganggapnya sebagai guntur. Penampilannya sebagai kalangan orang Bengali biasa, juga membuat suara tersebut dianggap angin lalu, jadi tidak seorang pun bingung dari kelas dewa mana ia berasal, ia bukan dewa tingkatan kedua dari tahun ketiga seperti Indra, Chandra, Varuna, atau Kartik. Hanya ada satu dewa seperti dirinya: Yama, sang Dewa Kematian; dan karena selama bertahun-tahun ini tidak ada kesalahan yang diperbolehkan, kami sering mengharapkan agar ia pergi, ke sana dan selamanya, ke kediaman Yama. Namun jelas sekali kalau tidak ada dewa yang berhati dengki dibanding dewa-manusia. Dewa abadi, di mana pun ia berada tidak akan menimbulkan banyak kesulitan. Jika kita memetik sekuntum bunga dan mempersembahkannya padanya, mereka akan senang; namun mereka tidak akan mengusik, jika kita tidak mempersembahkannya. Dewa berwujud manusia menuntut jauh lebih banyak; jika kita agak lengah sedikit saja, mereka akan menyambar, dengan mata merahnya yang bengis, sama sekali tidak terlihat seperti dewa. • Kembalinya si Tuan Kecil • Sang Nyonya Rumah • Kakak Perempuan • Yang Tak Diinginkan • Emas si Bodoh • Yang Hidup dan Yang Mati
Penulis | : | Rabindranath Tagore |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 108 |