Usaha-usaha intelektual memainkan peranan penting dalam teori cinta al-Ghazali. Dalam konteks ini dia menunjukkan suatu pandangan naturalistik yang beririsan dengan pandangan para filsuf. Dalam memadukan cinta kepada Tuhan di dunia dan di akhirat, al-Ghazali tampaknya mendamaikan antara prinsip kebahagiaan duniawi Aristoteles dan ajaran kaum Neoplatonis tentang kebahagiaan jiwa. Al-Ghazali menggambarkan motif eros dalam kerangka Islami. Seperti Plato, dia menyamakan cinta sejati dengan melihat sang kekasih,yang dalam konteks ini adalah melihat Tuhan. Teori cinta al-Ghazali bersifat religius, karena ia ditujukan kepada Tuhan; ia bersifat intelektual karena didasarkan pada pengetahuan; dan ia bersifat mistik karena memandang kedekatan dengan Tuhan sebagai nilai. Walaupun mengutip al-Qur’an, hadits, dan perkataan kaum mistik, yang tampaknya benar-benar sebagai penguat dan bukan sebagai titik pijak, teori al-Ghazali lebih bersifat filosofis ketimbang ortodoks. Namun, teorinya juga bersifat Islami, karena dia menyulam pemikiran-pemikiran filosofis dengan ajaran-ajaran Islam tentang dunia dan akhirat. Dalam analisis akhir, al-Ghazali menyajikan suatu bentuk Islami tentang eros yang dipadukan dengan ajaran-ajaran Islam tentang akhirat. Sumber-sumber yang dia gunakan secara jelas dapat dilacak pada filsafat Yunani, meskipun tidak secara langsung, tetapi melalui perantara para filsuf Muslim seperti Ibn Sina dan Ikhwan as-Shafa. Sedangkan para mistikus muslim yang memberi pengaruh kepada al-Ghazali di antaranya adalah al-Junayd, al-Muhasibi, dan Abu Thalib al-Makki.
Penulis | : | Binyamin Abarahamov |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 100 |
Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Rp 70.000 25%
Rp 52.500