Friedrich Nietzsche (1844–1900) dalam buku ini membeberkan asal-usul tragedi Yunani dan relevansinya dengan budaya Jerman di masanya. Ia menyatakan pertautan itu sebagai ekspresi budaya yang telah mencapai harmoni yang lirih namun kuat, antara wawasan Dionysian perihal kekacauan dan penderitaan yang mendasari segenap keberadaan dan ketaatan serta kejelasan bentuk rasional Apollonian. Nietzsche mengkritik rasionalisme budaya Jerman akhir abad ke-19 dan mengajukan tuntutan yang menggebu-gebu terhadap potensi regeneratif musik Wagner. Dalam diskusi yang luas mengenai hakikat seni, ilmu pengetahuan dan agama, premis-premis buku ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai kerancuan asal-usul budaya yang masih berlaku hingga hari ini. Bagi mereka yang menanggapi buku ini dengan keingintahuan atau kebencian, mereka akan mendengar suara aneh dari seorang murid “Tuhan yang belum dikenal”. Di sini menggelegak spirit dengan kehendak gaib, bahkan tanpa nama—setangkup “kenangan” yang penuh dengan pertanyaan, pengalaman dan tempat-tempat rahasia. Di sini pun membahana jiwa mistik serupa jiwa Maenad, yang terbata-bata namun semau-maunya, seakan berbicara dalam bahasa asing, nyaris ragu apakah ia ingin menyampaikan sesuatu atau tetap diam. “Namun,” kata Nietzsche, “Jiwa baru ini harusnya bernyanyi, bukan berbicara! ... demi memikat rekan-rekan rapsodinya, agar mereka tergoda ke jalan rahasia dan tempat dansa baru.”
Penulis | : | Nietzsche |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | 978-623-8108-65-7 |
Halaman | : | 252 |
Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Rp 70.000 25%
Rp 52.500