Buku ini mencoba mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan yang telah disajikan oleh Fromm dalam karya-karya sebelumnya. Dalam Escape from Freedom, ia berhadapan dengan masalah kebebasan dan sadisme, mashokisme dan kerusakan. Di buku ini, ia mengembangkan apa yang disebutnya sebagai nekrofilia (rasa cinta pada kematian) dan biofilia (rasa cinta pada kehidupan). Dalam Man for Himself, ia mendiskusikan masalah norma-norma etis yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang sifat alami manusia, bukan ada ilham atau hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh manusia. Di buku ini, ia mengejar masalah tersebut lebih jauh dan mendiskusikan asal usul kejahatan serta pilihan antara kebaikan dan kejahatan.
Dalam The Art of Loving, Fromm menelisik soal kemampuan manusia untuk mencintai. Sementara, di buku ini, ia mengkaji secara mendalam tentang kemampuan manusia untuk menghancurkan, narsisme, dan fiksasi insestisnya. Masalah cinta kasih dibawa oleh Fromm ke dalam ranah baru dan lebih luas, yaitu cinta pada kehidupan. Fromm mencoba menunjukkan bahwa cinta semacam itu tidak bergantung pada apa pun, dan bahwa penanggulangan narsisme membentuk sebuah “sindrom pertumbuhan”, lawan dari “sindrom peluruhan”, yang dibentuk oleh cinta pada kematian, simbiosis insestis, dan narsisme yang ganas. Namun, terlepas dari semua itu, setelah membaca buku ini, kebanyakan orang menilai Fromm sebagai pendiri madzhab baru psikoanalisis, yakni neo-Freeudianisme.
Penulis | : | Erich Fromm |
---|---|---|
Penerbit | : | Ircisod |
Tahun terbit | : | 2019 |
ISBN | : | 978-623-7378-08-2 |
Halaman | : | 248 |