“Ayahmu telah jadi peri pohon tergagah, menjadi pemimpin dari peri-peri pohon yang lain.” Wajah-wajah itu tersenyum dan membuat Marti kebingungan. “Tapi…” “Kami juga baru tahu bahwa hal ini bisa terjadi. Biasanya keluarga terdekat saja yang didatangi mimpi penjelmaan. Mungkin karena alam tahu bahwa kau akan merendah dan akan berbohong, mungkin dengan mengatakan bahwa ia hanyalah kunang-kunang. Maka, ia juga mendatangi kami dan memberi tahu mimpi yang sebenarnya.” Senyum-senyum semakin mengembang. Marti baru memperhatikan tamu-tamu yang membawa begitu banyak bibit pohon untuk ditanam. Marti tahu bahwa berkeras menyatakan yang sejujurnya hanya akan memperpanjang kerumitan, baik di hatinya maupun di mata warga. Sekuat tenaga, Marti menyeka air mata yang diterjemahkan warga sebagai air mata haru. Seketika terlintas di benaknya bahwa pohon-pohon pemberian warga akan lebih baik jika ditanam ulang di hutan larangan yang telah menggundul akibat ulah ayahnya. Marti tahu bahwa mungkin inilah waktu yang paling tepat untuk menjadi orang yang lebih bijak daripada peri.
Penulis | : | Rizqi Turama |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2022 |
ISBN | : | 978-623-293-630-0 |
Halaman | : | 156 |