Sebaik-baiknya manusia bukanlah mereka yang risau terhadap kematian, sebab jadwal kematian tiap-tiap orang sudah pasti. Orang tidak bisa mengundur sekaligus mempercepat kematiannya. Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang setiap hari bertanya-tanya, masihkah aku hidup esok?
Pertanyaan itu keluar bukan dari rasa takutnya akan kematian, tetapi dari rasa khawatir kalau-kalau tak cukup bekal untuk menyongsong kehidupan akhirat yang kekal. Oleh karena itu, setiap kali pertanyaan ini muncul, dalam dirinya tumbuh energi dan semangat baru untuk melakukan amal kebaikan. Orang yang dalam benaknya selalu muncul pertanyaan tersebut akan menyesal bila hari-harinya tidak dimanfaatkan dengan baik.
Buku ini ditujukan kepada orang semacam itu, yaitu orang-orang yang tidak ingin hidupnya diliputi penyesalan. Bab pertama membahas sikap-sikap yang harus dimiliki oleh orang Islam agar terhindar dari rasa sesal. Bab kedua menguraikan lima hal yang perlu dijaga sebelum menyesal. Dan, bab tiga berisi perilaku-perilaku yang harus dihindari oleh umat Islam agar dirinya tidak dihinggapi penyesalan.
“Jangan hanya menunggu. Bergeraklah dan lakukan sesuatu yang baik. Kebaikan menyukai orang yang giat.” [Mario Teguh, motivator nasional pengisi acara Mario Teguh Golden Way (2006–2016)].
“Kenapa takut mati? Karena cinta dunia. Padahal kematian pasti akan datang dan tiada yang akan kau bawa kecuali amal.” [UstadzMuhammad Agus Syafii, konsultan keluarga dan pengasuh Yayasan Rumah Amalia].
“Hiduplah seperti kamu akan mati esok. Dan, berbahagialah seperti kamu akan hidup selamanya.” [B.J. Habibie, mantan Presiden RI ke-3].
Penulis | : | Ibnu Kasiman |
---|---|---|
Penerbit | : | Sabil |
Tahun terbit | : | 2017 |
ISBN | : | 978-602-407-134-9 |
Halaman | : | 288 |
Mojdeh Bayat & Muhammad Ali Jamnia
Rp 60.000 25%
Rp 45.000