Pada mulanya saya skeptis menghadapi cerita-cerita pendek Kawabata, semata karena saya lebih mengenalnya sebagai novelis dengan alur cerita berlarut-larut. Dengan cara bernarasi semacam itu, bagaimana bisa menghadirkan cerita bagus dalam cerita pendek? –Bernard Batubara
Meski sepanjang hidup ia hanya bisa membikin satu orang bahagia, itu sudah cukup untuk membuat dirinya sendiri bahagia pula. (Kebahagiaan Seorang Manusia)
Ketika wanita itu menangis di dada ibunya, ia menyadari bahwa ia telah benar-benar menangis sejak ia masih jadi aktris cilik. (Wajah)
“Nah, cobalah lagi berjalan menembus batang pohon itu untuk memastikan apakah kau masih hidup atau sudah mati. Jika sudah mati, kita bisa bersama-sama masuk ke dalam pohon dan tinggal di dalamnya.” (Keabadian)
Cerita-Cerita Telapak Tangan secara sepintas tampak sederhana, sering kali hanya menceritakan satu kejadian kecil dengan kalimat dan paragraf pendek-pendek. Namun di baliknya, ada kualitas imajis dan asosiatif yang sangat dalam, mengantarkan kita ke arah tafsir yang amat beragam.
Penulis | : | Yasunari Kawabata |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2016 |
ISBN | : | 978-602-391-267-4 |
Halaman | : | 332 |
Gao Xinjiang (Cina), Khayriyah Ibrahim as-Saqqaf (Arab Saudi), Najib Mahfuz (Mesir), Orhan Pamuk (Tu
Rp 50.000 25%
Rp 37.500