Selama berabad-abad, epistemologi menjadi fondasi yang menopang bangunan ilmu, agama, hingga peradaban. Namun demikian, ketika klaim kebenaran dikuasai oleh otoritas, nalar pun sering kehilangan tempatnya. Di titik inilah, Mu‘tazilah unjuk diri dengan menawarkan gagasan yang sangat berani: meneguhkan keadilan dan tauhid melalui teori pengetahuan yang tidak hanya berakar pada wahyu, tetapi kombinasi antara akal, wahyu, dan moralitas. Buku ini menelusuri bagaimana para teolog Mu‘tazilah merumuskan definisi pengetahuan, membedakan antara ma‘rifah dan ‘ilm, merespons kaum Sofis, hingga merumuskan kriteria kebenaran. Di dalamnya terhampar dialektika tajam antara rasionalitas dan iman, antara teks suci dan realitas empiris. Dengan menyingkap karya-karya monumental Qadhi ‘Abd al-Jabbar, Al-Jahiz, Ruknuddin al-Malahimi, dan tokoh-tokoh rasionalis Mu‘tazilah lainnya, buku ini menghadirkan potret utuh epistemologi Islam dari perspektif yang jarang disentuh. Epistemologi Islam dalam Pandangan Mu‘tazilah bukan sekadar kajian kalam klasik. Ia adalah undangan untuk berpikir ulang tentang hakikat pengetahuan, batas-batas rasionalitas, dan hubungan antara iman serta akal. Inilah jalan menuju tradisi intelektual Islam yang hidup—tradisi yang tidak berhenti pada hafalan, tetapi bergerak menuju keberanian untuk memahami dan menafsirkan ulang kebenaran.
Penulis | : | Syekh Abdullah Madaqqan |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 426 |