Era ketunggalan peradaban memang senantiasa memicu seteru, konflik, dan relasi diskriminatif. Dalam situasi terkininya, dominasi peradaban Barat, yang dinahkodai Amerika Serikat, menjadi “hegemoni” bagi negeri-negeri Islam.
Di Timur Tengah, dengan banal, bisa disaksikan jejak-jejak hegemoni itu yang terus menyisakan pertikaian, pergumulan, dan perpecahan di kalanngan warga muslim sendiri. Begitu pun yang berjibaku di banyak negeri Asia, termasuk Indonesia.
Aspek kekuatan ekonomi amat entengnya dijadikan kendaraan politis bagi penancapan hegemoni tersebut. Pada derajat tertentu, tanpa sungkan disokong oleh intimidasi militeristik.
Hassan Hanafi menghembuskan perlunya revolusi paradigma di tubuh umat Islam sendiri. Apa yang dimaksud revolusi bukanlah pertumpahan darah, tetapi paradigma yang kembali pulang ke rumah tradisinya, baik khazanah sejarah Islam, doktrin, maupun tradisi kebudayaannya.
Mengapa tidak percaya diri sebagai muslim dan berasal dari dunia Timur?
Mengapa harus menjadi Barat?
Dan, mengapa begitu terbius oleh gemerlap Barat yang rapuh secara psikospiritual di tengah kejayaan kapitalisme globalnya?
Penulis | : | Hassan Hanafi |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 192 |