Tidak ada lagi sekat pemisah antara Islam Kota dan Islam Desa sebagaimana dipercuapkan dengan sangat renyah oleh Azis. Pada awalnya, klasifikasi kota-desa dibentuk berdasarkan perbedaan konsekuensi geo-kultural yang dijalani oleh para pemukim di sana. Orang yang tinggal di kota akan memiliki pengalaman dan pengamalan keagamaan yang unik, khas, dan dapat dijadikan sebagai ciri khas keagamaan masyarakat kota. Begitu pula orang-orang di desa. Di kota, tentu sulit ditemukan sekumpulan jamaah shalat Ashar pada pukul 16.30 sebagaimana menjadi budaya para petani di Kaliangkrik, Magelang, desa asri tempat Azis dilahirkan. Di desa, tentu sulit disaksikan seberinda jamaah yang masih betah berlama-lama merapalkan doa-doa hingga berjam-jam setelah pelaksanaan shalat sebagaimana rutin diamalkan oleh masyarakat desa. Apakah saat ini peristiwa itu masih terjadi? Terkadang masih, namun, lebih sering tidak terjadi. Sebab sekat desa-kota telah runtuh. Apalagi saat ini Android telah memanunggalkan kota dan desa. Pengalaman-pengalaman teknologis orang-orang di kota bisa dialami oleh orang-orang di desa dan sebaliknya. Di sinilah, keberagamaan manusia Indonesia akan terus menampil dengan penuh-seluruh kejutan. Selamat membaca! — M. Yaser Arafat
Penulis | : | Azis Ahmad |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2022 |
ISBN | : | 978-623-5348-36-0 |
Halaman | : | 200 |