Terminologi ulama dalam tradisi kita selalu mengacu kepada tokoh laki-laki yang menguasai literatur keislaman klasik dan atau pemimpin sebuah lembaga pendidikan Islam. Oleh karenanya, kajian tentang ulama selalu merupakan kajian tentang laki-laki. Senyatanya, istilah ulama berasal dari bahasa Arab yang mengacu baik kepada tokoh laki-laki maupun perempuan. Dan, dalam sejarah kita, banyak muncul ulama-ulama dari kalangan perempuan. Namun, sayangnya, keberadaannya selalu dikaitkan dengan laki-laki (suami), yang seolah-olah tanpa laki-laki, mereka tidak akan pernah muncul ke permukaan. Padahal, banyak ulama perempuan yang kealiman, keteladanan, sekaligus perjuangannya di tengah-tengah masyarakat setara dengan ulama laki-laki, dan ketenarannya pun bukan lantaran ‘dibantu’ oleh laki-laki. Misalnya, Opu Daeng Risadju dari Luwu, yang keulamaannya muncul bukan karena sang suami, melainkan karena kapasitas dirinya. Bahkan, ia memilih cerai dengan suaminya lantaran sang suami berusaha melemahkan semangatnya dalam bergerilya melawan penjajah. Atau, Syaikhah Rahmah El Yunusiyah dari Minangkabau, ulama pendiri Perguruan Diniyah Putri. Kita dapat mengenal keduanya lewat buku ini. Buku ini merupakan kajian terhadap tradisi keulamaan perempuan di Nusantara, dari zaman klasik hingga modern, dari Sabang sampai Merauke. Dengan buku ini, kita akan dikenalkan dengan biografi, kiprah, dan perjuangan mereka dalam mencerdaskan anak bangsa. Mereka adalah tokoh-tokoh yang keberadaannya telah mampu mengangkat derajat kaum perempuan. Selamat membaca!
Penulis | : | Nur Hasan |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | 978-623-5348-46-9 |
Halaman | : | 332 |