Buku ini mulanya adalah disertasi Dr. Aksin Wijaya yang dipertahankan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain mampu mensistematisasi teori interpretasi al-Qur’an Ibnu Rusyd secara hermeneutis, ia juga menemukan beberapa hal penting yang cukup mengagetkan, terutama bagi kita yang selama ini menempatkan Ibnu Rusyd di menara gading. Salah satunya adalah bahwa corak interpretasi al-Qur’annya memungkinkan masuknya dua unsur ideologis, Aristotelian dan Zhahiriyah. Ideologisasi ini pada akhirnya berujung pada “penyingkiran” pihak lain yang berada di luar kelompoknya (Asy’ariyah, Mu’tazilah, Al-Ghazali, kaum sufi), sembari “membela” dan “mengangkat” kelompoknya sendiri (Aristotelian). Bahkan, ideologisasi ini membuat Ibnu Rusyd “tidak mampu” menawarkan teori yang original, tidak “konsisten”, bahkan acap kali terjebak pada “logika berpikir yang rancu” dalam menginterpretasikan al-Qur’an. Namun, teori interpretasi al-Qur’an Ibnu Rusyd tidak bisa diabaikan, karena selain mengandung dimensi ideologis, juga mempunyai sisi positif. Dr. Aksin Wijaya mensintesiskannya dengan teori hermeneutika negosiatif Khaled Abou el-Fadel—dan ini adalah sumbangan buku ini terhadap studi al-Qur’an kontemporer. Dengan begitu, melebihi model hermeneutika modern, teori interpretasi al-Qur’an Ibnu Rusyd menjadi tidak hanya bertujuan menemukan maksud Tuhan dalam al-Qur’an, melainkan juga mampu melibatkan kelompok penerima wacana yang dalam hermeneutika kontemporer justru “diabaikan”. Jika dimensi ideologis dan otoriter dari teori interpretasi al-Qur’an Ibnu Rusyd disisihkan, teori interpretasi itu akan melahirkan wacana al-Qur’an yang egaliter.
Penulis | : | Dr. Aksin WIjaya |
---|---|---|
Penerbit | : | Ircisod |
Tahun terbit | : | 2020 |
ISBN | : | 9786236699201 |
Halaman | : | 302 |