Mengapa kita kok seolah gemar mempersulit diri dan orang lain dalam berbagai urusan, utamanya urusan agama? Mengapa kita membuat standar-standar tinggi yang sulit untuk dilakukan secara istiqamah? Belakangan ini, banyak orang yang terlalu bersemangat dalam beragama, menerapkan standar bahwa beragama itu harus kaffah, sehingga dengan gampangnya mereka menghakimi orang lain dengan kafir, sesat, dan bid’ah. Betapa beratnya agama versi mereka. Padahal, agama (ibadah) pada dasarnya “mudah”. Tujuan agama sejatinya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Namun, bagaimanakah jadinya jika agama justru membuat orang jera? Ibnu Mas’ud Ra. menerangkan bahwa seumur hidup ia tidak pernah menemui Nabi Saw marah lebih daripada ketika mengetahui ada seorang sahabat tidak ikut jamaah Subuh gara-gara imamnya memanjangkan bacaan suratnya. “Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang menyebabkan orang lain lari,” demikian sabda Nabi Saw. Hadits ini menunjukkan bahwa agama semestinya membuat orang lain nyaman, bukan justru jengah, lalu lari dari agama.
Penulis | : | K.H. Husein Muhammad |
---|---|---|
Penerbit | : | IRCiSoD |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | 978-623-8108-56-5 |
Halaman | : | 336 |