Kitab suci al-Qur'an meledek kepongahan hati manusia dengan metafora puitik yang menghentak: "Takkan mendapatkan karuniaNya, apalagi surgaNya, sampai unta masuk ke lubang jarum ..."
Sebuah perahu mustahil menguasai luasnya lautan bukan? Kata-kata, bahasa, bahkan puisi dan musik serta lukisan, pula lelaki syariat yang kita amalkan, adalah semata sebuah perahu yang mengantarkan kita melayari keluasan samudraNya yang tak terbatas. Maka, bagaimana kita bisa pongah sama ungkapan dan amaliah kita? .
Mata saya, di Subuh yang belumlah temaram itu, menatapi bintang-bintang yang tak mampu saya hitung dalam luasan cakrawala mata saya, bagaimana dengan gerakan bintang-bintang di sisi-sisi cakrawala lainnya, atau di baliknya, atau di ufuk sananya lagi, sana lagi, sana lagi, dan terus lagi dan lagi. Bahasa bisa saya sampai gagal mengindari dengan kepala menekuk betapa saya hanyalah serpihan debu yang paling debu lagi, betapa perahu saya hanyalah sajadah tiada daya di hadapan keluasansamudraNya.
Buku ini merupakan seri kedua dari "Hari-hariku Bersama al-Qur'an" karya Edi AH Iyubenu
Penulis | : | Edi Ah Iyubenu |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2019 |
ISBN | : | 978-602-391-653-5 |
Halaman | : | 175 |