“Penelitian saudara Aksin tentang ‘sejarah kenabian Muhammad dalam perspektif tafsir-nuzuli Darwazah’ merupakan ijtihad intelektual model baru di tengah-tengah tarikan interpretasi antara Orientalis dan fundamentalis Muslim, juga antara tekstualis dan kontektualis Muslim. Memahami Islam (al-Qur’an) sesuai konteks kelahirannya sangat penting sebelum melakukan kontektualisasi ke dalam konteks kekinian. Jangan sampai kontekstualisasi ke masa kekinian melupakan kontekstualisasinya ke masa konteks kelahirannya. Jika tidak, yang akan terjadi adalah dekontekstualisasi Islam itu sendiri. Islam terlepas dari maksud atau pesan awalnya. Mengembalikan Islam ke dalam konteks kelahirannya di masa Nabi Muhammad inilah yang menjadi tujuan utama ijtihad intelektual Darwazah.” —Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Guru Besar Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta “Dialektika al-Qur’an dengan tiga dimensi sejarah kenabian Muhammad ini merupakan temuan baru dalam jagat keilmuan Islam, terutama keilmuan tafsir dan sejarah Islam, khususnya sejarah kenabian. Selama ini, tafsir dipahami sebagai sesuatu yang lepas dari realitas sejarah dan hanya menjadi dunia kata. Gagasan ini menurut hemat saya cukup bagus, bukan hanya dalam jagat keilmuan tafsir tetapi juga sejarah Islam. Gagasan ini bisa menjadi contoh kajian keilmuan tafsir dan sejarah sekaligus.” —Dr. Khalid Zahri, Pakar Islamic Studies, dan Kepala Perpustakaan Kerajaan Maroko “Kaitannya dengan studi al-Qur’an di Indonesia, karya-karya yang membahas penafsiran Darwazah ini masih sangat jarang. Dengan demikian, kehadiran karya Aksin Wijaya ini tentu memberikan warna baru dan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan studi al-Qur’an di Indonesia.” —Prof Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., Pakar Qur’anic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta “Penelitian saudara Aksin tentang ‘sejarah kenabian Muhammad dalam perspektif tafsir-nuzuli Darwazah’ merupakan ijtihad intelektual model baru di tengah-tengah tarikan interpretasi antara Orientalis dan fundamentalis Muslim, juga antara tekstualis dan kontektualis Muslim. Memahami Islam (al-Qur’an) sesuai konteks kelahirannya sangat penting sebelum melakukan kontektualisasi ke dalam konteks kekinian. Jangan sampai kontekstualisasi ke masa kekinian melupakan kontekstualisasinya ke masa konteks kelahirannya. Jika tidak, yang akan terjadi adalah dekontekstualisasi Islam itu sendiri. Islam terlepas dari maksud atau pesan awalnya. Mengembalikan Islam ke dalam konteks kelahirannya di masa Nabi Muhammad inilah yang menjadi tujuan utama ijtihad intelektual Darwazah.” —Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Guru Besar Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta “Dialektika al-Qur’an dengan tiga dimensi sejarah kenabian Muhammad ini merupakan temuan baru dalam jagat keilmuan Islam, terutama keilmuan tafsir dan sejarah Islam, khususnya sejarah kenabian. Selama ini, tafsir dipahami sebagai sesuatu yang lepas dari realitas sejarah dan hanya menjadi dunia kata. Gagasan ini menurut hemat saya cukup bagus, bukan hanya dalam jagat keilmuan tafsir tetapi juga sejarah Islam. Gagasan ini bisa menjadi contoh kajian keilmuan tafsir dan sejarah sekaligus.” —Dr. Khalid Zahri, Pakar Islamic Studies, dan Kepala Perpustakaan Kerajaan Maroko “Kaitannya dengan studi al-Qur’an di Indonesia, karya-karya yang membahas penafsiran Darwazah ini masih sangat jarang. Dengan demikian, kehadiran karya Aksin Wijaya ini tentu memberikan warna baru dan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan studi al-Qur’an di Indonesia.” —Prof Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., Pakar Qur’anic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Penulis | : | Prof. Dr. Aksin Wijaya |
---|---|---|
Penerbit | : | Ircisod |
Tahun terbit | : | 2022 |
ISBN | : | 978-623-5348-39-1 |
Halaman | : | 522 |