Meski punya rumah yang apik dan teduh, D. Zawawi Imron adalah seorang yang suka—atau dipaksa—berkelana. Karenanya dia banyak bertemu dan berkenalan dengan orang dengan berbagai ragam perilakunya. Kebiasaan lain penyair pemegang rekor pencipta puisi termahal ini, ialah membagi kekayaannya kepada orang lain. Salah satu kekayaannya yang dibagikan kepada kita sekarang ini adalah hasil ‘pengelanaan’nya. Cerita-cerita sangat pendek tentang manusia, tentang kita. Dari yang sederhana, Zawawi pun menyuguhkan secara sederhana, nilai-nilai yang tidak sederhana. Meskipun ada juga yang boleh disebut tidak sederhana seperti dalam Hakikat Bunga dan Tabligh. Seperti diketahui, D. Zawawi Imron aslinya adalah penyair. Penyair alam yang hidup dan akrab—kalau tidak menyatu—dengan alam. Rata-rata puisinya, jika lukisan, ibarat lukisan-lukisan Picasso. Terlalu dalam untuk orang awam. Namun seperti diketahui pula, Zawawi sangat akrab—kalau tidak menyatu—dengan orang-orang awam. Maka saya menduga, dia ingin membagi ‘kekayaan’nya tidak hanya kepada dirinya sendiri dan orang-orang khas semisalnya, tapi juga ‘orang-orang awam’. Maka sebagai penyair, dia hanya bersyair. Selebihnya, dia adalah da’i, baik secara lisan maupun tulisan seperti melalui buku Soto Sufi-nya ini. —K.H. A. Mustofa Bisri
Penulis | : | D. Zawawi Imron |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | 978-623-189-285-0 |
Halaman | : | 114 |