Pakk!
Tangan kasarnya berhasil mendarat di pipiku. Perih.
“Kapan sikap pembangkangmu itu bisa berubah?”
“Sampai Bapak juga bisa melunak terhadapku,” jawabku.
Pukulan kedua mendarat di perutku.
***
Marolop kecil tidak mengerti, mengapa baju Natalnya berbeda dengan milik kakak-kakaknya. Ia tidak mengerti, mengapa bapaknya tidak pernah mengajaknya bercanda ria, seperti dengan abang dan kakaknya. Ia tidak mengerti, mengapa harus menerima hantaman hanya karena bermain di bawah hujan.
Hingga akhirnya, Marolop berhenti berusaha mengerti.
Tidak peduli lagi dengan alasan kebencian bapaknya, Marolop yang masih remaja memilih pergi, jauh ke kota Bogor.
Tanah rantau mengajarkannya banyak hal. Namun, masa lalu tetap mengetuk sela-sela waktu Marolop, memaksa kembali masuk. Atau mungkin sebenarnya perasaan itu memang tidak pernah keluar. Perasaan tidak diterima oleh bapaknya sendiri sudah bercokol kuat dalam diri Marolop, membuatnya menjadi pemuda yang benci sekaligus iri melihat kasih sayang bapak kepada anaknya.
Hingga akhirnya, alasan kebencian bapaknya terkuak. Dan Marolop harus belajar makna kedewasaan.
Penulis | : | Regza Sajogur |
---|---|---|
Penerbit | : | de Teens |
Tahun terbit | : | 2015 |
ISBN | : | 978-602-0806-37-2 |
Halaman | : | 264 |