Buhul Gaung Lubuk Lesung

Rp 50.000 0%
Rp. 50.000

Relevansi puisi semacam ini di zaman kiwari yang penuh ketimpangan informasi, inflasi narasi, dan krisis makna kolektif. Ketika bahasa dibajak oleh algoritma, ketika ungkapan dijerat oleh impresi instan, dan ketika estetika dikerdilkan menjadi konten, puisi yang patah dan gamang seperti dalam Buhul Gaung Lubuk Lesung justru menyuarakan bentuk ketidakberesan yang paling jujur. Ia tidak menuntut simpati, tidak menjanjikan pencerahan, tidak menawarkan transformasi batin—melainkan sekadar menunjukkan betapa sukar dan retaknya berpikir di dalam bahasa. Dan mungkin hanya puisi dengan intensitas kukuh yang masih layak dibaca hari ini: puisi yang tidak menjanjikan apa pun, tetapi membuat kita betah tinggal dalam ketegangan kata-katanya, dalam keretakan yang tak bisa direkatkan, dalam jarak yang tak bisa dikalkulasi. Dan penolakan terhadap keterpahaman, dalam pembangkangan terhadap konsensus semantik, puisi-puisi dalam kumpulan ini menyerukan satu hal yang paling mendesak bagi kritik sastra kita hari ini: keberanian untuk berpikir, bukan sekadar mengapresiasi.

Ummu Ruqqayah
Penikmat Seblak Ceker

Rincian buku:

Penulis : Astrajingga Asmasubrata
Penerbit : BASABASI
Tahun terbit : 2025
ISBN : -
Halaman : 76

Buku Terkait


Tia Setiadi
Rp 50.000 25%
Rp 37.500

Rendra
Rp 75.000 25%
Rp 56.250

Bernando J. Sujibto
Rp 40.000 25%
Rp 30.000

Acep Zamzam Noor
Rp 40.000 25%
Rp 30.000

Bernard Batubara
Rp 100.000 25%
Rp 75.000

Anis Sayidah
Rp 40.000 25%
Rp 30.000