Parameter kesuksesan di zaman kiwari tidak lagi selalu diukur dari akumulasi kekayaan, status sosial, kekuasaan, serta kesalehan. Saya mencoba mengakrabi apa yang dikatakan Nietzsche, "Segala sesuatu yang tidak membunuhku akan membuatku kuat." Hal ini saya anggit sebagai spirit bagi noise atau seseorang saat terjatuh di jurang kegagalan; seseorang kudu tetap punya nyali untuk mengambil hikmah dari kemalangan, punya keberanian menghadapi kepedihan yang disertai rasa malu; sebuah daya pegas untuk tetap berkembang melampaui resiko sebagai konsekuensi pilihan hidup, legowo akan fakta tragis tetapi indah: bahwa tidak semua masalah memiliki solusi dan tidak semua perbedaan bisa didamaikan, misalnya berdamai dengan diri sendiri. Alprazolam merupakan unsur sinematik saya dalam menulis puisi. Unsur sinematik yang hadir sebagai layer-layer teks setelah sekian riwayat penyuntingan unsur naratif yang noise di sekitar saya. Sebuah adegan seorang tukang sedang merobohkan menara gading yang telah dilembagakan oleh gramatika bahasa, kemudian membangun linieritas puisi di atas puing-puingnya. Dan kerja semacam ini mirip sebuah adegan merenovasi masa lalu untuk memperbesar dan mempercantik ruang masa depan (atau, siklikal) di tengah manajemen zaman yang terus memperbarui kultur berikut keusangan dan kerapuhannya dalam industri waktu. Astrajingga Asmasubrata
Penulis | : | Astrajingga Asmasubrata |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 80 |