Semuanya bermula dari televisi. Kau cari dalilnya di Youtube. Agar kau yakin, dan terus yakin, kau intip-intip Instagram. Kau menyebut nama Tuhan, ketika paha seorang perempuan, muncul sebagai iklan. ... (Belajar Agama Siang Hari) Dalam Cerdik Pandai, Maulidan Rahman Siregar asyik sekali menuliskan kegelisahannya yang lahir dari perjumpaan antara iman, akal, politik, dan kemanusiaan, dalam bentuk puisi. Ini barangkali adalah upayanya untuk merespons kehidupan sehari-hari yang sering samar antara yang suci dan yang berdosa, antara ketaatan dan keberanian bertanya. Kumpulan puisi ini menyingkap pergulatan batin seorang penyair untuk memahami dunia melalui kata yang sederhana, tapi sekaligus menyentil. Cerdik Pandai bukan hanya sebagai catatan perenungan penulis selama lebih dari satu dekade, tetapi juga ajakan untuk berpikir ulang tentang makna beragama, berpolitik, dan menjadi manusia di tengah kegilaan zaman.
| Penulis | : | Maulidan Rahman Siregar |
|---|---|---|
| Penerbit | : | basabasi |
| Tahun terbit | : | |
| ISBN | : | - |
| Halaman | : | 130 |