terlentang ke arah matahari. tanah subur. mata mengerjap ditimpa sinar. menakar kedalaman, menanam benih, –terbayang bunga mekar bergetar, buah berguncang. tegalan gembur. begitu gegap kita garap. bagai gemuruh musim hujan, kita sergap- menyergap. –“terus, benam lebih dalam,” katamu menatap rindang. ya, aku paham. * Puisi-puisi dalam buku ini—sebagaimana kebanyakan tumpuan artikulasi puisi Aslan Abidin—menggarap arena puitik yang menarik:tubuh manusia. Idiom-idiom bagian tubuh luar, sebab berefek estetik-erotik, menjadi lebih betenaga dimuati gagasan. Selain itu, tampak pula pergeseran ke penggunaan idiom bagian tubuh dalam. Peralihan dari tubuh luar ke tubuh dalam dibuat untuk menghasilkan tekanan pengungkapan psikedelik. Perubahan kesadaran itu justru merupakan upaya menampakkan pikiran dalam berbagai garapan tema: romantik, eksistensial, sampai kritik sosial. Isi tersebut dikemas sebagai puisi-puisi naratif dengan bentuk persajakan dan simetri-tipografis telaten demi mendesakkan rasa estetik dan perubahan persepsi ke pembaca.
Penulis | : | Aslan Abidin |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 82 |