Objek-objek yang kelihatannya berjauhan sifat dan hakikatnya itu dikondensasikan dalam satu bayangan tunggal. Dalam keadaan demikian, pembaca yang tidak mampu merunutbentukancitraan simbolik akan terganggu pemaknaannya meskipun pembaca yang bersangkutan cukup tercekam dengan pesona imaji surealistis itu. (Abdul Wachid B.S., penyair) Zawawi termasuk penyair alam yang besar karena bakat bersajaknya yang besar. Ia mampu mengeksploitasi lingkungan riil dan konkret dan menerjemahkannya ke dalam bahasa sajak yang lugas, tetapi hidup. Kemampuannya yang besar dalam menyeleksi dan menepis kata-kata denotasi membuat sajaknya dengan kemampuan konotasi yang lebih dalam. (Korrie Layun Ranpan, penyair, novelis, dan esais) D. Zawawi Imron termasuk salah seorang penyair Indonesia yang paling memukau dalam kesusastraan Indonesia dewasa ini. Penanya telah menjadi “celurit emas” yang secara giat melahirkan mitologi baru terus-menerus. Kadang agak susah menyelami sebagian sajak-sajaknya, tetapi sebagai pembaca atau pendengar, begitu terseret gelombang baris-baris sajaknya kita seperti terdampar pada dunia nyata yang baru. Batu ternyata hikmat. Pohon menjadi panji. Madura dalam diri Zawawi menjadi alam raya. (Prof. Dr. Henk M.J. Maier, profesor Malay Studies, Universitas Leiden)
Penulis | : | D. Zawawi Imron |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2024 |
ISBN | : | 978-623-189-317-8 |
Halaman | : | 272 |