Kesadaran kritis kaum tertindas, dalam pandangan Friere, tidak akan pernah lahir dari pendidikan yang menjadikan peserta didik hanya sebagai “bejana kosong”, yang diisi secara terus-menerus oleh pendidik yang merasa dirinya sebagai sosok paling tahu. Sebaliknya, kesadaran kritis timbul dari proses pendidikan di mana pendidik dan peserta didik sama-sama menjadi subjek belajar yang ditengahi oleh dunia. Buku ini menganalisis relevansi gagasan pendidikan kritis Freire dengan upaya penguatan civil society di Indonesia. Penguatan civil society diarahkan pada pembentukan gradual suatu masyarakat politik yang demokratis-partisipatoris. Hal ini akan terealisasi manakala civil society benar-benar kuat, baik di hadapan negara maupun kekuatan-kekuatan global. Pasalnya, meminjam istilah Antonio Gramsci, civil society akan terlibat dalam pertarungan hegemoni dan counter hegemony dengan kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Agar civil society menjadi kuat, ia harus membangun relasi otonom dan mengatur dirinya sendiri (self-governing) tanpa tergantung kepada negara atau kekuatan-kekuatan global. Dalam kondisi demikian, civil society bisa melancarkan counter hegemony demi tatanan sosial yang humanis.
Penulis | : | Dr. Zainal Abidin, S.Pd.I., M.S.I. |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2022 |
ISBN | : | 978-623-189-172-3 |
Halaman | : | 288 |