Sajak-sajak di buku ini, sebagian besar, saya tulis dalam perjalanan. Awal September 2016, Taiwan Leisure Farm Development Association mengundang sejumlah jurnalis Indonesia bertandang. Terikutlah saya di program bernama Indonesia Media Trip itu. Kami mengunjungi beberapa daerah wisata pertanian yang seluruhnya ada di pinggiran Taiwan. Saya membaca sajak-sajak Cina Klasik dari terjemahan Sapardi Djoko Damono. Cina punya sejarah persajakan yang kuat dan panjang. Puisi sangat penting di Cina. Nama-nama Tu Fu, Li Po, dan lain-lain sampai hari ini masih dibaca dan dikaji sajak-sajaknya. Taiwan memang bukan Cina daratan, negeri Li Po dan Tu Fu. Tapi selama di Taiwan, melihat pemandangan alam yang kami kunjungi, sajak-sajak Cina yang saya baca, dan saya terjemahkan, seperti mewujud. Saya seperti terbius. Saya seakan kerasukan Li Po. Gunung, sungai, kupu-kupu, langit, sawah, hujan, semua mengingatkan saya pada sajak-sajak Cina yang pernah saya baca. Saya mula-mula curiga, jangan-jangan ini sajak yang instan. Tapi saya singkirkan perasaan itu. Tidak, saya membela diri, saya sudah siap untuk menerima momen puitik itu. Jika yang dibutuhkan adalah permenungan, saya sudah lebih dahulu dan sejak lama merenungkannya, ya lewat sajak-sajak Cina yang saya baca dan saya terjemahkan itu. Maka, saya terus saja menikmati momen puitik itu, saya terus menuliskan sajak-sajak saya di gawai saya dalam perjalanan antartempat yang kami kunjungi di Taiwan. Hasan Aspahani
Penulis | : | Hasan Aspahani |
---|---|---|
Penerbit | : | DIVA Press |
Tahun terbit | : | 2025 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 60 |