Anakku, Jauhar, bila engkau sudah besar kelak, hiduplah sebagai pedagang. Karena, dari dua puluh pintu rezeki, sembilan belas di antaranya ada di dalam perdagangan.
Tetapi, maukah engkau Ayah tunjukkan sebuah perniagaan yang lebih baik dari semua itu? Perniagaan yang akan menyelamatkanmu dari siksaan dan penderitaan. Yaitu,
Hanya itulah yang tersisa dari wasiat ayahnya Jauhar. Tetapi, pesannya jelas. Agar ia hidup sebagai pedagang.
***
Jauhar sudah dipersiapkan oleh gurunya, Imam Mudo, untuk menjadi seorang anggota Gerakan Paderi yang mumpuni. Bukan hanya dari segi agama, ia juga dilatih bela diri Tifan Pho Khan, belajar merakit senjata. Bahkan, Imam Mudo juga melamar Jauhar untuk Nilam, keponakannya yang cantik.
Belum sempat Jauhar menyampaikan keputusannya atas lamaran itu, ia terlibat kasus pembunuhan. Akibat difitnah, ia diputuskan harus pergi dari kampung dan tidak boleh kembali selama tiga tahun. Peristiwa itu membuatnya membulatkan tekad untuk berdagang, mengikuti wasiat ayahnya.
Jauhar bertekad mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya di perantauan. Agar tak lagi direndahkan. Agar tak lagi tertindas. Ajakan masuk ke Gerakan Paderi tak lagi dihiraukannya.
Apakah Nilam dan keluarganya akan menunggu kepulangan Jauhar? Berhasilkah Jauhar mewujudkan cita-citanya memiliki banyak harta? Apa rahasia dari surat wasiat ayahnya yang tidak selesai itu? Lalu, bagaimana pergulatan hidup Jauhar selama di Bukittinggi sehingga justru menuntunnya kembali kepada Gerakan Paderi?
Novel ini berkisah tentang pencarian jati diri, persahabatan, dan cinta di tengah pertentangan kaum Paderi dan kaum adat. Di tengah perjuangan melawan Belanda.
Penulis | : | Saiful Ardi Imam |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2014 |
ISBN | : | 978-602-296-051-5 |
Halaman | : | 386 |