Dog-Woman menemukan bayi berlumuran lendir di tepi sungai, membawanya pulang, memelihara dan menamainya Jordan. Di masa kanak-kanak Jordan terpesona oleh perahu, dan dia bertemu John Tradescant saat bermain perahu di tepi Sungai Thames. Saat itu dia berusia sekitar sepuluh tahun. Saat dewasa Jordan tergila-gila kepada seorang penari yang dilihatnya di sebuah pesta makan malam, dan dia lalu mulai mencari perempuan itu. Pencarian ini membawanya ke kota tempat menara Zillah berdiri dan desa yang penduduknya setiap hari menghabiskan waktu dengan membangun rumah mereka. Di sanalah dia berjumpa dengan dua belas putri yang berbagi cerita dengannya. Seperti Gulliver dalam cerita Jonathan Swift, Jordan berkeliling dunia dan menemukan keajaiban aneh yang selama ini sangat mengganggu pikirannya. Keajaiban aneh yang berpusar pada waktu. Apakah waktu itu ada? Apa sifat waktu itu? Kenapa setiap perjalanan mengandung perjalanan yang lain? Apa hubungan antara abad ke-17 Jordan dan abad ke-20 Nicholas Jordan, seorang kadet angkatan laut yang menjadi awak sebuah kapal perang? Dan bagaimana dengan 12 Putri yang Menari? Sexing the Cherry adalah novel yang meneroka hubungan antara Jordan dan ibu angkatnya, Dog-Woman. Novel ini menggabungkan aspek magis perjalanan waktu dan teleportasi ke dalam plot yang lebih realistis. Dengan gaya cerita yang memukau, dengan tebaran metafora yang berkilauan, Jeanette Winterson menunjukkan kepiawaiannya. Novel laris ini adalah kombinasi yang luar biasa dari sejarah, surealisme, dan feminisme. Inilah novel yang disebut-sebut sebagai salah satu karya realisme magis Eropa.
Penulis | : | Jeanette Winterson |
---|---|---|
Penerbit | : | BASABASI |
Tahun terbit | : | 2023 |
ISBN | : | - |
Halaman | : | 256 |