Ketika kelompok Amat Pakuk menyerang pasukan pemerintah yang melintas jalan Pariabek, tentara langsung membatalkan niat mengejar biang pemberontak itu sampai ke Meurawoe. Orang-orang mengutuki pemuda ceroboh ini, yang dengan tingkahnya dapat mencelakai semua penduduk kampungku. Para tukang sihir pun murka padanya, sehingga pada beberapa malam selanjutnya pemuda kekar ini terpaksa tidur dengan pantat menungging ke langit. Ada yang bilang lubang pantatnya itu mengeluarkan asap kemenyan. Untung dia langsung datang pada Abdullah Chik—kakekku dari pihak Ayah yang terkenal memiliki ilmu yang sulit ditandingi—yang tinggal di kampung sebelah. Kata Ayah, untuk membinasakan jampi-jampi kiriman Senan, Amat Pakuk terpaksa menyumpal lubang pantatnya dengan kapas yang dilumuri serbuk tanah cempaga—tentu saja setelah dirajah dengan gayung. Panas lawan panas, niscaya bertambah panas. Jadi, tidak ada yang membantah manakala orang bilang pantatnya mengeluarkan asap kemenyan!
Penulis | : | Arafat Nur |
---|---|---|
Penerbit | : | Diva Press |
Tahun terbit | : | 2018 |
ISBN | : | 978-602-391-531-6 |
Halaman | : | 384 |